BBEC Institution. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

OBSERVING ABOUT URBANISATION TREN OF MADURASE Membaca Tren Urbanisasi Orang Madura


Urbanization is reality of sosial-culture universally. The meaning is society of any do urbanization. Of hand Maduraces. Maduraces can be met in many province entire Indonesia. Basically Maduraces is one who like to go abroad because of situation of their bad rEgion to farm and too minimum of employment.

Urbanisasi adalah realitas sosial-budaya universal. Artinya masyarakat dari kebudayaan manapun melakukan urbanisasi. BEgitu juga orang Madura. Orang Madura banyak dijumpai di banyak propinsi seluruh Indonesia. Pada dasarnya orang Madura adalah orang yang suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani dan minimnya lapangan kerja.

Madurace whom recognized close brotherhood don’t seldom bring its folks when has success in journey. This matter is marked more and more wanderer from Madura current pasca going upstream, its top after feast day of Ramadan, where Madurace from various Indonesian rEgion go upstream to his native land to celebrate Idul Fitri with families

. Orang Madura yang dikenal erat rasa persaudaraannya tak jarang membawa sanak saudaranya ketika sukses di rautau. Hal ini ditandai dengan makin banyaknya perantau dari Madura pasca arus mudik, puncaknya seusai hari raya Idul Fitri, dimana orang Madura dari berbagai wilayah Indonesia mudik ke kampung halamannya untuk merayakan hari raya Idul Fitri bersama keluarga.

The strength of tying brotherhood of Madurace is one of the cultural capital of Madura which has inclusive meaning so that gives room to build and develop social intEgration and interaction with other ethnic group.

Kuatnya ikatan persaudaraan orang Madura merupakan salah satu modal budaya Madura yang mengandung makna inklusifitas sehingga memberi ruang untuk membangun dan mengembangkan interaksi dan intEgrasi sosial dengan kelompok etnik lain.

It is not strange if met many communities of Madurace spread out in entire Indonesia fixed take care warm brotherhood. From this side can be seen desire to go abroad people of Madura do not little vanish, because of feeling have many relatives in place they work (metropolis) and can take care of him for the time being in course of environmental adaptation around.

Tak heran bila banyak ditemui komunitas-komunitas orang Madura bertebaran di seluruh Indonesia dengan tetap menjaga hangatnya persaudaraan. Dari sisi ini dapat dilihat keinginan merantau, orang Madura tak sedikitpun lenyap, dikarenakan merasa sudah banyak kerabat di tempat rantau (kota-kota besar) dan bisa menjaganya untuk sementara waktu dalam proses adaptasi lingkungan sekitar.

The height of Maduraces go abroad to town nowadays become classic adagio continuing is planted of Madurace if wishing success must go to town or leave village become choice if wishing success.

Tingginya orang Madura untuk merantau ke kota kini menjadi adagium klasik yang terus tertanam bahwa orang Madura kalau ingin sukses harus pergi ke kota atau meninggalkan desa menjadi pilihan bila ingin sukses.

This is proven by Suryadinata’s data et.al ( LP3ES: 2003), that absolut majority people of Madura live in joyrney. Amount of Madura resident in the year 2000 reaching 3.230.300 souls, while amount of ethnical resident of Madura in all East Java province equal to 6.281.058 souls and in all Indonesia is 6.771.727 souls.

Ini terbukti dengan data yang diperoleh Suryadinata et.al (LP3ES: 2003), bahwa lebih dari separuh orang Madura hidup di tempat rautau. Jumlah penduduk Madura pada tahun 2000 mencapai 3.230.300 jiwa, sedangkan jumlah penduduk etnis Madura di seluruh provinsi Jawa Timur sebesar 6.281.058 jiwa dan di seluruh Indonesia adalah 6.771.727 jiwa.

If accumulated nationally there are 3.541.427 ( 52,29%) people of Madura go abroad to town. From this amount 3.050.758 ( 86,14%) wanderer of Madura are more predominating of rEgion "Tapal Kuda ", The rest 490.669 ( 13,86%) people of Madura spread over in 29 other province. Enough fantastic.

Jika diakumulasikan secara nasional terdapat 3.541.427 (52,29%) orang Madura merantau ke kota. Dari jumlah ini 3.050.758 (86,14%) perantau Madura lebih mendominasi wilayah “Tapal Kuda”, selebihnya 490.669 (13,86%) orang Madura tersebar di 29 provinsi yang lain. Cukup fantastik.

But that not yet how if we summed again people of Madura who life at place far from home. Because most of Maduraces go abroad and living in metropolis like Jakarta, Surabaya, and the others. If calculated accurately that amount still increase with people of Madura which go abroad like Saudi Arabiah, Malaysia, Singapore, Brunei Darus Salam, Hongkong, and other nations

Tapi itu belum seberapa jika kita jumlahkan lagi orang-orang Madura yang hidup di rantau. Karena lebih dari separuh orang Madura merantau dan berdomisili di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan semacamnya. Kalau didata secara akurat jumlah tersebut masih terus bertambah dengan orang Madura yang merantau ke luar nEgeri seperti Saudi Arabiah, Malaysia, Singapore, Brunei Darus Salam, Hongkong, dan nEgara-nEgara lainnya.

In the next period, urbanization tren of Madurace estimated will be more mount. This Prediction is relied on slower and slower change of status of rural area become urban area, and also relative strength of economic policy and development "urban bias", so that enlarge urban area fascination to people of Madura.

Di masa mendatang, tren urbanisasi orang Madura diperkirakan akan lebih meningkat. Prediksi ini didasarkan pada makin lambannya perubahan status dari daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan, serta relatif kuatnya kebijaksanaan ekonomi dan pembangunan yang “urban bias”, sehingga memperbesar daya tarik daerah perkotaan bagi orang Madura

. The Minimum of employment in Madura peep out suspicion that town is the first fulcrums to repair economic level. This matter become extraordinary enticing to people of Madura to flip up to metropolis and even out country, even without have science capital.

Minimnya lapangan kerja di Madura memunculkan anggapan bahwa kota adalah tumpuan utama untuk memperbaiki taraf ekonomi. Hal ini menjadi pemikat luar biasa bagi orang Madura untuk mengadu nasib ke kota-kota besar dan bahkan ke luar nEgeri, meski tanpa bermodalkan ilmu pengetahun sedikitpun.

Urbanisai Yang Menjadi Tren

One of the urbanization factor ( going abroad) become tren among people of Madura, because people of Madura fear " peckish". The meaning to take care of family and ownself can give spirit of their work ethos. People of Madura fear peckish, because that hunger is generated by act of their self which is disdiligent and do not strive so that make shame.

Salah satu faktor urbanisasi (merantau) menjadi tren di kalangan orang Madura, karena orang Madura takut “lapar”. Artinya untuk menghidupi diri sendiri dan keluarga menjadi penyemangat etos kerja mereka. Orang Madura takut lapar, karena kelaparan itu ditimbulkan oleh ulah dirinya sendiri yang tidak rajin dan tidak bekerja keras sehingga membuat malu.

Becouse of that reason, people of Madura is not embarrassed to tuck up sleeve to visit or accept a work, even that hard work. People of Madura work any kind of and as heavy as any thing so long as disimpinge religion. Equally, people of Madura won’t assume work as heavy something that, less beneficial or affront during the activity non pertained immoral so that in the end result is lawful.

Oleh sebab itulah, orang Madura tidak sungkan-sungkan menyingsingkan lengan baju untuk mendatangi atau menerima suatu pekerjaan, kendati itu pekerjaan kasar. Orang Madura bekerja apa saja dan seberat apapun asalkan tidak melanggar agama. Dengan kata lain, orang Madura tidak akan menganggap pekerjaan sebagai sesuatu yang berat, kurang menguntungkan atau hina selama kEgiatannya bukan tergolong maksiat sehingga hasil akhirnya adalah halal.

Hence in moderation presumably if Rifai tell, in a instinct manner people of Madura assume to work is a part of their religious service as according to embraced Islam teaching.Therefore no work which will be assumed contemptible during it isn’t appertain immora activity so that its result will be lawful and accepted by Allah. Opportunity able to work will be assumed as God blessing, so that geting work represent life call which will be elaborated obligingly ( Rifai, 2007:347).

Maka tidak berlebihan kiranya jika Rifai mengatakan, secara naluriah orang Madura menganggap bekerja merupakan bagian dari pada ibadahnya sesuai dengan ajaran agama Islam yang dianutnya. Oleh karena itu tidak ada pekerjaan yang bakal dianggapnya hina selama kEgiatannya tidak tergolong maksiat sehingga hasilnya akan halal dan diridai Allah. Kesempatan bisa bekerja akan dianggapnya sebagai rahmat Tuhan, sehingga mendapat pekerjaan merupakan panggilan hidup yang bakal ditekuninya dengan sepenuh hati (Rifai, 2007:347).

Within reason other wanderer, most people of Madura go abroad their motivation is not far from two primary factors; social and economic. For certain the target of people of Madura go abroad to increase life level which is on the turn will be obtained raising social status.

Layaknya perantau lainnya, kebanyakan orang Madura merantau motivasinya tidak jauh dari dua faktor utama; ekonomi dan sosial. Dapat dipastikan tujuan orang Madura merantau untuk meningkatkan taraf hidup yang pada gilirannnya akan diperoleh suatu peningkatan status sosial.

Written By: Aisyil Muhossis



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS